Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terikat oleh Saptamarga

Anggota TNI dan khususnya para perwiranya terikat oleh Saptamarga sebagai etika TNI. Makin tinggi pangkatnya, makin kuat dan luas tanggung jawab pelaksanaannya. Orang yang benar-benar TNI—dan sungguh-sungguh berjiwa TNI—tidak dibatasi oleh masa aktif atau pensiun.

Mari melihat posisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehubungan dengan itu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selaku kepala negara dan kepala pemerintah RI. Anggota TNI umumnya, sesuai dengan esprit de corps, tentu ingin melihat Yudhoyono menjabat sebagai presiden RI sampai tahun 2014 ketika masa jabatannya berakhir. Namun, anggota TNI sesuai dengan Saptamarga juga tak pernah melupakan kesetiaan dan rasa cintanya kepada tanah air dan bangsa Indonesia.

Adalah kenyataan bahwa tanah air dan bangsa Indonesia sedang diliputi persoalan berat yang membuatnya makin berantakan. Korupsi makin merajalela di semua lapisan masyarakat. Kriminalitas kian merusak dan membahayakan kehidupan. Radikalisme membuat kehidupan bangsa makin jauh dari asas gotong royong. Dan, rakyat belum kunjung sejahtera; yang kaya justru makin kaya.

Dalam pada itu, persoalan NKRI bertambah, baik dalam menghadapi berbagai ancaman dalam negeri maupun perkembangan internasional di bidang politik, ekonomi, dan keamanan. Untuk menghadapi hal ini, jawaban yang harus dihasilkan adalah ketangguhan ketahanan nasional. Dan, hal itu hanya dapat dihasilkan kalau ada kepemimpinan nasional yang kuat, berwibawa, dan efektif dalam melakukan manajemen nasional.

Menjadi kewajiban Yudhoyono sebagai perwira tinggi TNI yang beretika Saptamarga untuk benar-benar melibatkan diri dan memberikan komitmen sepenuhnya bagi kepentingan negara dan bangsa sehingga NKRI menjadi kuat kembali. Ukurannya adalah kehidupan masyarakat dan bangsa yang makin tata tentrem kerta raharja. Artinya, makin lenyaplah berbagai persoalan dan gangguan, seperti korupsi yang merembet ke mana-mana, terorisme, dan kriminalitas.

Presiden Yudhoyono akan kembali memperoleh kepercayaan mayoritas masyarakat kalau hal itu dapat diwujudkan, dan itu dapat tercapai kalau beliau bagaikan gunung tangguh, kukuh, dan kuat mengabdi pada kepentingan tanah air dan bangsa. Usaha demikian akan menimbulkan motivasi dan inspirasi dalam masyarakat yang makin luas dan kuat.

Masyarakat yang kehilangan kepercayaan akan yakin kembali seperti pada tahun 1948: para pejuang, yang turun semangat karena pemimpin nasional RI ditawan Belanda, bangkit setelah mendengar Panglima Besar Sudirman terjun dalam perjuangan bersama para pejuang dan rakyat. Bahkan, kepercayaan masyarakat tidak akan terbatas pada mereka yang pada tahun 2009 memilihnya!

Presiden Yudhoyono akan mampu melakukan hal itu dengan meninggalkan sifat ragu-ragu dan kecil hati, sebaliknya menunjukkan niatnya yang sungguh kuat dan teguh. Memang setiap usaha pemimpin yang kuat dan sungguh-sungguh selalu ditangkap masyarakat dan mendapat dukungan.

Akan tetapi, harus disadari bahwa kelemahan utama di Indonesia adalah kurangnya implementasi konsisten dari banyak niat, kehendak, dan rencana. Hal ini pun menandai kepemimpinan sekarang yang melemahkan kepercayaan dan itu dimanfaatkan para koruptor, kaum radikal, serta musuh NKRI lainnya.

Sudah pasti, mayoritas anggota TNI dan mayoritas bangsa Indonesia mengharapkan serta mendoakan Presiden Yudhoyono sukses menjalankan tugasnya. Akan tetapi, kalau beliau tak sanggup melakukan hal itu dengan alasan apa pun, seorang perwira TNI harus sadar akan salah satu prinsip kepemimpinan TNI: legawa atau ikhlas. Yang menjadi taruhan adalah masa depan NKRI dan bangsa Indonesia, bukan sekadar masa depan sekumpulan orang.

Dalam hal ini, harus ada kesediaan Presiden Yudhoyono turut mewujudkan pergantian pemimpin yang lebih mampu mengatasi berbagai persoalan negara dan bangsa. Sikap demikian mungkin bukan sikap seorang politikus yang biasanya lebih memerhatikan kepentingan pribadinya. Akan tetapi, Presiden Yudhoyono adalah seorang perwira tinggi TNI yang teguh menjalankan Saptamarga, bukan politikus. Insya Allah, dengan jalan demikian, proses kebangkrutan yang sedang meliputi negara dan bangsa Indonesia akan berakhir. Demikian catatan online Recehan Internet yang berjudul Terikat oleh Saptamarga.